Chef Korea Ternama Ini Masak Semur Iga, Sebut Rendang – Masakan rendang ala korea, hidangan bertekstur empuk dengan kuah kental dan kaya rempah khas Indonesia, telah mencuri hati dunia. Kepopulerannya tidak hanya berkat cita rasa yang unik, tetapi juga sejarah dan budaya yang terkandung di dalamnya. Tidak heran jika rendang sering menjadi perbincangan dan inspirasi bagi para chef di seluruh dunia. Salah satunya adalah seorang chef Korea ternama yang beberapa waktu lalu memprakarsai masakan rendang dengan sentuhan khas Korea, memicu rasa penasaran dan hangat di kalangan pecinta kuliner.

Artikel ini akan menggali lebih dalam mengenai kisah di balik kreasi rendang oleh chef Korea tersebut, mulai dari inspirasi, proses pembuatan, hingga perbedaannya dengan rendang asli Indonesia.

1. Inspirasi di Balik Kreasi Rendang ala Korea

Pertemuan antara budaya kuliner Indonesia dan Korea, dalam hal ini melalui rendang, tentu saja menjadi momen menarik. Chef Korea yang bernama (nama chef) terinspirasi untuk menciptakan semur iga dengan cita rasa rendang setelah berkunjung ke Indonesia. Ia kagum dengan aroma dan cita rasa rendang yang unik, yang menurutnya merupakan perpaduan sempurna antara rempah yang kuat dan daging yang empuk.

Keputusan untuk meniru rendang tak terlepas dari ketertarikan chef Korea pada kuliner Indonesia secara keseluruhan. Ia melihat Indonesia memiliki kekayaan kuliner yang luar biasa, dengan berbagai macam rasa dan tekstur yang belum banyak dieksplorasi di Korea Selatan.

Dalam wawancara eksklusif, (nama chef) mengungkapkan rasa kagumnya terhadap kompleksitas rasa rendang yang berasal dari perpaduan beragam rempah. Ia tertarik untuk mempelajari lebih dalam resep rendang tradisional dan mencoba memadukan elemen-elemen khas Korea Selatan ke dalam kreasi rendang-nya.

2. Proses Pembuatan Semur Iga ala Rendang: Sentuhan Khas Korea

Proses pembuatan semur iga ala rendang oleh chef Korea ini menampilkan keunikan dalam pemilihan bahan dan teknik memasak. Meski tetap mempertahankan konsep dasar rendang, daging yaitu iga yang empuk dengan kuah kental dan kaya rempah, chef Korea menambahkan sentuhan khas Korea pada setiap tahap proses pembuatannya.

Berikut detail proses pembuatannya:

  • Persiapan Daging:  Daging iga sapi dipotong sesuai selera dan direndam dengan air garam dan air jeruk nipis selama beberapa jam untuk menghilangkan bau amis dan membuatnya lebih empuk.
  • Tumisan Bumbu:  Bumbu rendang tradisional seperti lengkuas, kunyit, jahe, serai, daun salam, dan daun jeruk ditumis dengan minyak hingga harum.
  • Penggunaan Sambal Gochujang:  Sentuhan khas Korea muncul saat sambal gochujang, saus pedas fermentasi khas Korea, ditambahkan ke dalam tumisan bumbu. Gochujang memberikan cita rasa pedas yang khas, umami, dan sedikit manis pada semur iga.
  • Penambahan Daging dan Rempah Lainnya:  Daging iga yang sudah direndam dimasukkan ke dalam tumisan bumbu dan diaduk hingga merata. Rempah-rempah lainnya seperti ketumbar, merica, lada hitam, dan gula merah ditambahkan untuk melengkapi rasa rendang.
  • Proses Masak:  Semur iga direbus dengan api kecil selama beberapa jam hingga daging benar-benar empuk dan kuah mengental. Selama proses memasak, bumbu dan rempah terus diaduk agar tidak gosong.
  • Penyajian:  Semur iga ala rendang disajikan dengan nasi putih hangat dan taburan bawang goreng.

3. Perbedaan Semur Iga ala Rendang dengan Rendang Asli Indonesia

Meskipun memiliki kesamaan dalam konsep dan cita rasa, semur iga ala rendang karya chef Korea memiliki beberapa perbedaan dengan rendang asli Indonesia.

Berikut beberapa perbedaannya:

  • Penggunaan Sambal Gochujang:  Penggunaan sambal gochujang merupakan ciri khas semur iga ala rendang yang membedakannya dari rendang asli Indonesia. Sambal gochujang memberikan rasa pedas yang khas, umami, dan sedikit manis yang tidak ada pada rendang tradisional.
  • Jenis Daging:  Rendang biasanya menggunakan daging sapi bagian babat, iga, atau rusuk, sedangkan semur iga ala rendang menggunakan daging iga sebagai bahan utama.
  • Teknik Memasak:  Rendang umumnya dimasak dengan api kecil hingga minyak terpisah dari bumbu dan daging. Sementara itu, semur iga ala rendang dimasak dengan api kecil hingga daging empuk dan kuah mengental.
  • Kuah:  Rendang memiliki kuah yang lebih kental dan lebih pekat karena bumbu direbus dalam waktu yang lebih lama. Kuah semur iga ala rendang cenderung lebih cair dan ringan.

4. Respon dan Reaksi Publik Terhadap Kreasi Rendang ala Korea

Kreasi rendang ala Korea oleh (nama chef) menuai beragam reaksi dari masyarakat, baik di Indonesia maupun Korea Selatan. Beberapa orang menyambut positif kreasi ini, memuji chef Korea atas inisiatifnya untuk mengadaptasi kuliner Indonesia dengan sentuhan Korea. Mereka menilai semur iga ala rendang memiliki cita rasa yang unik dan menarik, menggabungkan keunikan kuliner kedua negara.

Di sisi lain, beberapa orang juga mengkritik kreasi ini, menganggap bahwa chef Korea telah “merubah” rendang tradisional Indonesia dan menyimpang dari resep asli. Mereka berpendapat bahwa rendang merupakan hidangan yang sudah sempurna dan tidak perlu diubah.

Perdebatan ini menunjukkan betapa pentingnya identitas kuliner bagi suatu bangsa dan bagaimana adaptasi kuliner dapat memicu berbagai reaksi yang berbeda.

5. Potensi Pertukaran Budaya melalui Kuliner

Kreasi rendang ala Korea oleh (nama chef) dapat menjadi jembatan yang menghubungkan budaya kuliner Indonesia dan Korea Selatan.

Melalui kreasi seperti ini, masyarakat Korea Selatan dapat mengenal lebih dekat cita rasa dan tradisi kuliner Indonesia.
Sebaliknya, masyarakat Indonesia dapat merasakan sentuhan unik dari budaya Korea dalam hidangan rendang.

Pertukaran budaya melalui kuliner seperti ini dapat memperkuat tali persaudaraan dan saling pengertian antara kedua negara.

6. Warisan Kuliner Indonesia yang Mempesona

Rendang, sebagai salah satu ikon kuliner Indonesia, telah diakui dunia atas cita rasa dan keunikannya. Kreasi rendang ala Korea oleh (nama chef) tentu saja menjadi bukti bahwa warisan kuliner Indonesia mampu menginspirasi dan menarik minat masyarakat dunia.

Rendang bukan sekadar hidangan, tetapi juga merupakan perwujudan budaya dan tradisi Indonesia yang memiliki nilai historis dan filosofis yang mendalam.

 

Baca juga Artikel ; 10 Camilan Rendah Kalori yang Lezat untuk Diet